Sabtu, 18 Februari 2017

Rumus Pencarian Jati Diri Remaja Sukses






 
Berapa banyak diantara kaum remaja yang terhipnotis lantaran tak mampu hadapi era globalisasi? Hatinya penuh gejolak dan akhirnya terpedaya jalan yang salah. Pernahkah Anda fikir, bagaimana nasib masa dunia kelak?  Wahai sahabatku sebeluum kalian terbelenggu, kami akan mengajak Anda melakukan terapi hati dengan meluruskan pola fikir pencarian jati diri. Rumus ini praktis dan mudah dihafal yaitu 5W 1H  (why/ mengapa, what/ apa, who/ siapa,when/ kapan, where/ dimana, how/bagaimana). Rumus tersebut dapat dirangkai menjadi 6 pertanyaan: Mengapa aku hidup? Apa peranku dalam kehidupan? Siapa panutanku? Kapan akhir hidupku? Dimana kelak tempat kembaliku? Bagaimana kehidupan yang kudapat?

Taukah Anda? Pemecahan keenam misteri diatas telah jauh hari ada dalam Al-Quran:
1.      Allah berfirman dalam QS. Ad Dzariyat ayat 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
2.      Q.S. Al-Baqoroh 30: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi"
3.      Q.S. Al-Ahzab 21: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut allah.
4.      QS Luqman 34: Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok . Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
5.      QS. Kahfi 29-30: Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.
6.      Jawaban terakhir QS. Al A’raf 96:  “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” 


Hidup untuk ibadah bukan buat makan, punya harta berlimpah, atau cari pacar, betul  ga sobat? Dengan bangga, katakan tidak! Pada pergaulan bebas, narkoba atau hura-hura yang tiada guna. Kita sebagai khalifah atau pemimpin harus berpedoman sesuai syareat bersikap adil, tidak mendholimi makhluk lain atau merusak alam sekitar. Jadikan  rasullullah sebagai teladan serta idola. Kurang apa hayo?  beliau berwajah tampan, pandai dan penyayang. Yuk segera hapus nama artis kafir dari benak kita. Mari perbanyak amal sholeh dan stop maksiat, luangkan waktu untuk hal-hal bermanfaat  seperti ibadah, belajar berbagai ilmu baik umum atau agama, membantu kaum lemah, serta berdakwah agar berkah dari Allahselau menyertai kita.

Semoga artikel ini bermanfaat tidak sekedar menjadi angin lalu namun mampu kita petik hikmahnya. Mari gapai generasi emas meraih gerbang  kesuksesan di dunia dan akhirat. Amin. (LFA)











RETURN






Akhirnya HPku tertidur lelap. Kapan lagi coba? Yah setidaknya harus punya peri ke-gadgetan (eh apa sih wkwwkwk) pasalnya masa liburan di rumah waktuku lebih produktif dengan melakukan aktivitas lain. Beda banget kalau lagi di kampus sesibuk apapun yang namanya HP gak bakal luput dalam pandangan (ada wifi gratis sih). Hingga tiba waktu masuk kuliah semester 2 yang sudah di depan mata. Oleh karenanya aku memutuskan membeli paket internet dengan alasan sepele  gak pingin ketinggalan informasi terbaru. Bukanlah hal asing setiap awal menghidupkan data seluler, HP mendadak hang. Siapa lagi pelakunya kalau bukan ulah aplikasi WA (Whatshapp). Wah ratusan pesan membanjiri  Hpku! Beberapa menit berlalu saat kondisi HP mulai normal entahlah mataku langsung tertuju sebuah group WA “ICP PGMI E”. Group termuda yang aku ikuti ini benar-benar memikat sobat. Dari nama judulnya saja sudah menggetarkan jiwa, para member yang luar biasa (meski aku belum kenal semua heheh), isi percakapannya pun terkadang sok berbahasa asing. Flashback merenungi dinamika alur kehidupan. Ada rasa geli seolah menggelitik fikiranku.
*

Awal masuk kuliah dengan menyandang status MABA (cie pas polos-polosnya) aku bahagia sekali dengan kelas baruku PGMI D. Kawan-kawan yang baik, kocak, asyik, para dosen yang ramah nan budiman, dan kapasitas mata kuliah reguler yang tak begitu memberatkan (coz sering tugas kelompok). Karena begitu nyamannya bahkan isu tentang kelas istimewa sebut saja kelas ICP (International Class Program) aku anggap angin lalu. Ada juga beberapa alasan yang memberatkanku seperti beban pembelajaran yang lebih, teman baru yang tentu persaingannya amat ketat, dan yang paling aku khawatir mengganggu rutinitasku dengan quran (anyway aku join HTQ). Menancap kuat di kepalaku curhatan senior HTQ bahwa tiap tahunnya banyak anggotanya yang protol   karena beragam alasan diantaranya karena kewalahan membagi waktu. Parahnya waktu sosialisasi ICP setelah tanda tangan di buku presensi aku sengaja mengambil kertas pendaftaran yang paling lusuh dengan bagian pingirnya yang sedikit sobek (huh mirisnya). Selama kegiatan berlangsung bukannya fokus memperhatikan pembicara di depan malah aku asyik mengerjakan tugas dari dosen (maaf hehehe). Hari-hari pendaftaran tes ICP pun tak aku gubris. Disamping itu aku sempat iseng bertanya ke teman-teman seputar kelas ICP.
            Rek, apa kalian mau ikut tes ICP?” Tanyaku.
            “Kalau aku gak,” ujar temanku F (nama inisial).
            “Aku ikut, ya coba-coba aja barangkali lolos,” ujar temanku A.
            “Leh emang motivasimu apa kalau umpama keterima ICP?” Tanyaku menambahkan.
            “Aku itu pingin banget ntar bisa ke Malaysia ya semoga aja,” Jawabnya dengan bahasa mantap.
            “Ouh... iya Amin,” responku singkat.
Tak hanya itu di kelas aku juga mencoba diskusi dengan teman lain. Aku mendekati temanku N dia tergolong anak yang pandai dan kebetulan mengikuti kegiatan ekstra kampus yang sama denganku (HTQ).
            “Eh kamu mau daftar tes ICP ya?” Tanyaku asal menebak.
            “Iya, lha kamu?” Balik bertanya
            “Wah sudah kuduga. Kalau aku enggak sih, soalnya aku khawatir ntar gak bisa bagi waktu terutama gak bisa fokus Quran,” aku menjawab apa adanya.
            “Oualah.... aku yakin bisa kok. Bisa-bisa!” Ujarnya semangat dengan mata berbinar-binar.
            “Entahlah,” jawabku memikul rasa ragu.

Kala itu musim UTS tentu sepanjang hari aku fokusan belajar baik materi kuliah reguler, ma’had, maupun bahasa arab. Hem beginilah nasib mahasiswa dan mahasantri MSAA (jempol dah luar biasa padatnya). Malam hari usai kelas bahasa arab sekitar pukul 9 malam aku beralih kegiatan mengikuti monitoring ta’lim afkar bersama teman-teman. Kebetulan yang menilai adalah musyrifah D. Syukurlah dengan sosoknya yang terkenal lugu, baik, pendiam membuat prosesi monitoring santai tanpa ada rasa tegang menghantui. Ketika musyrifah D memberi nilai di buku monitoring seperti biasa sebelum majelis bubar ada beberapa wejangan yang beliau suguhkan.
”Adek-adek, saya ucapkan selamat ya kalian sudah disini kurang lebih 3 bulan ya. Semoga semakin kerasan, barokah ilmunya, dan mafaat segalanya,” Ujar beliau diiringi senyum manis.  
”Aamiin,”
“Aamiin”
“Aamiin”
 Spontan kami menjawab bersahutan.
”Teh.. Teteh cerita dong apapun gitu,” sanggah salah seorang diantara kami.
”Louh cerita? Mau cerita tentang apa Dek?” Jawab beliau dengan lembut.
“Hem apa ya, apapun deh Teh?” Paparnya lagi.
Kami hanya mendengar atau sekadar mengangguk mengucap “iya”.
           “Atau gini aja kalian mau tanya-tanya sesuatu iya silahkan wes Dek,” beliau memberi jalan tengah.
            “Oh ya udah. Teteh dari jurusan apa sih?”
            “Saya jurusan PAI. Apa kalian ada yang PAI juga ta?”
Kami saling bertatapan satu sama lain tanpa ada tanda respon.
            “Emm gak ada Teh, kebanyakan kami dari anak saintek sih hehehehh. Oh ya Teh, kenapa kok pas tiap ta’lim afkar pagi Teteh sering banget ninggalin kami. Eh maaf maksutnya kok kenapa dampingi bentar banget habis itu kami ditinggal deh,” curhatnya panjang labar.
            “Hemm iya Dek soalnya kelas Teteh pagi terus jadwalnya.”
            “Teteh kuliah di kelas ICP ta?” Tiba-tiba saja pertanyaan ini melesat difikiranku.
            “Iya Dek.”
            “Wih keren!” Seru salah seorang diantara kami diikuti suasana riuh bisik-bisik beberapa orang.
            “Berarti kalau pelajaran dan tugasnya pakek bahasa asing semua gitu?” Tanya  temanku lagi dengan raut muka penasaran.
            “Iya Dek tentu, mangkannya kalau di kelas Teteh catat semua yang dosen bilang, terus pas pulang teteh pelajari lagi.”
            “Lha emang apa Teh bedanya ICP sama jurusan bahasa inggris?” Pertanyaannya masih mengalir.
            “Kalau jurusan bahasa inggris mereka kan diajari bahasa inggris dari 0 mulai dari tenses dsb. Beda kalau ICP ya melajari sendiri Dek.”
Mendengarkan kesaksian musrifah pada klimaksnya memancing satu pertanyaan besar dari jiwaku, “Maaf Teh apa anak ICP ada yang ikut HTQ?”
            “Emm... ada kok Dek beberapa.”

Di dalam kamar gejolak hatiku mulai menjadi-jadi. Ada keraguan dan keyakinan yang bertarung hebat menyergap egoku. Aku tidak habis pikir sosok yang di mataku begitu luar biasa sekelas musrifah saja ada yang masuk kelas ICP begitu juga dari anggota HTQ. Lagian kalau orang lain bisa mengapa aku tidak? Gawat bagaimana ini, besok juga hari terakhir daftar tes ICP. Teman-teman kamarku turut memotivasi untuk ikut tes daftar ICP entah diterima atau tidak yang penting mencoba. Karena aku pribadi begitu idealis kalau memang niat ngebet ICP ya daftar aja (biar ngerjakannya serius alias totalitas) umpama memang gak niat ikut buat apa daftar (buang-buang waktu aja deh plus kasian juga peluang teman-teman yang lain). Tidak!  kebingunganku masih belum mereda. Waktu itu jam mulai menunjukkan pukul 11 malam. Untuk pertama kalinya aku beranikan diri menghubungi senior HTQ yang sudah hafid 30 juz meski sebatas lewat Whatshapp. Aku berkonsultasi panjang lebar mengenai problemku. Beruntung beberapa menit berlalu balasan cepat datang. Tanpa berfikir panjang aku buka pesan Whatshapp.
”Wa’alaikumsalam Wr. Wb
Kalau menurut saya gak ada masalah kalau memang mau gabung di kelas ICP selagi pean benar-benar punya tekad dan kemauan yang kuat untuk menghafal, jangan takut melangkah jadi lebih baik dengan alasan Qur'an justru karena sedang menghafal qur'an harusnya lebih maju lagi. Tapi kalau memang khawatir sekali gak bisa jaga hafalan ya gak usah saja.”

Sebait pesan benar-benar menggertak batinku. Ya Allah betapa bodohnya hamba yang  salah menempatkan prioritas seolah lupa bahwa segala  ilmu adalah ilmumu. Begitupun dengan kelas ICP yang menekankan bidang bahasa toh semua ilmu bertujuan untuk kebaikan.

Hati manusia amat rapuh mudah berbolak-balik. Bismillah dengan tekad bulat aku pun mendaftar. Tak lupa setiap usai shalat aku selipkan untaian doa.
Ya Allah hamba mengikuti tes ICP lillahita a’la karenamu. Bila ICP baik untuk hamba maka dekatkanlah (lolos) apabila tidak maka jauhkanlah.”

Aku mencoba merenung di dalam kehidupan banyak hal-hal yang seringkali tidak kita duga hakikatnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Baqoroh 216:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Aku kembali teringat masa SMA. Sebelumnya passionku cukup besar pada bidang bahasa inggris. Mulai pagi mengintip hingga malam terlelap hari-hariku senantiasa diwarnai bahasa inggris. Entah lewat mendengarkan lagu bahasa inggris, audio pembelajaran, film, buku dsb. Bahkan mimpi besarku kala itu kuliah jurusan bahasa dan sastra inggris (meski aku sadar  aku masih belum mumpuni betul). Seiring waktu banyaknya masukan saran dari orang tua, sahabat, dan guruku yang menyarankan mengambil kuliah prodi pendidikan agama islam. Sedikit cerita sebenarnya Ayahku berprofesi sebagai guru. Tapi kuliah prodi pendidikan? Jadi guru? Wah ragaku bak digerogoti ulat-ulat bimbang. Alasan mereka katanya aku orangnya sabar, alim, penyayang (halah padahal ya gak juga). Akhirnya melalui rangkaian diskusi serta konsultasi yang  matang aku berpindah haluan. Hal yang aku kagumi dari sosok guru yaitu visinya yang luar biasa untuk mencetak generasi emas. Selain itu aku turut berupaya mengenal lebih diriku. Aku merasakan suatu kepuasan yang tak ternilai  ketika dapat membagikan ilmu pada mereka yang awam terlebih apabila ilmu itu memiliki mafaat di dunia dan akherat. Alhasil mulai detik itu aku jatuh cinta dengan figur mulia guru yang bernuansa islam, dan mendambakan kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim.
*

Alhamdulillah dengan kehendak Allah aku diperkenankan lolos ICP PGMI English. Tak terasa minggu depan kuliah di kelas ICP telah dimulai. Sejujurnya aku merasa tidak sabar menikmati kelas baru, teman baru, pelajaran baru,  kelas baru ya semua serba baru lah. Ah...Allah memang baik sekali suatu alur nan cantik yang diukir dalam perjalanan hidupku. Aku kejar kembali passionku yang sempat terabaikan. Kelas ICP PGMI English ibarat penyatu segmen-segmen hidupku. Kuliah dengan basis pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (PGMI) serta berbahasa inggris aku bisa dapatkan sekaligus. Beruntungnya lagi dengan jumlah UKT yang tetap beragam keunggulan bisa aku dapatkan dibanding kelas reguler baik dari segi materi pembelajaran, fasilitas kelas, lingkungan, serta prospek masa depan. Hal yang terpenting aku bersyukur sekali diberi kesempatan berharga ini. Melatihku dalam membagi waktu serta beradaptasi dengan teman-teman yang hebat. Aku sadar aku bukan apa-apa dibanding mereka. Ya semoga aku mampu tertular energi postitif semangat belajar mereka.

Kelas ICP sekilas nampak waw memang (lebai sih tapi faktanya begitu). Namun tak semudah ucapan disini butuh perjuangan ekstra. Merupakan tantangan baru bagiku agar lebih terpacu dalam belajar. Malahan sebelum kuliah masuk, banyak dari teman-teman yang telah mempersiapkan. Diantara mereka selama liburan semester 1 ada yang mengikuti les bahasa asing contohnya ke kediri tepatnya kampung inggris. Aku serasa menciut dan hanya bisa mengelus dada memandangi status atau chat teman-teman di sosial media yang dengan fasih berbahasa asing (Masya Allah banget pokoknya). Iya memang hidup gak ada yang instan, semua butuh proses dan istiqomah. Tak mau ketinggalan saat liburan aku manfaatkan belajar bahasa inggris juga. Ya Allah aku senantiasa berharap agar engkau ikut campur segala urusanku. Semoga engkau mudahkan kami anggota ICP PGMI E 2016 mewujudkan mimpi kami membanggakan orang tua dan kontribusi untuk masyarakat. Kami tahu tiada lain arti hidup ini kembali kepadamu.  (LFA)

Cintai yang Benar





"Lihat artis itu tampan, putih aku ngefens banget!"
"Yakin idolamu terbaik? Kalau idolaku lebih istimewa, aku yakin suatu hari nanti bisa bertemu di tempat yang indah"
"Serius!  PD banget, emang siapa   idolamu?
"Rahasia, pokoknya idolaku itu super perfect udah tampan, pintar, baik hati juga"
"Haduh siapa sih? Aku penasaran!
"Ya udah aku beritau,  idolaku adalah rasul Muhammad SAW."

Fenomena masa kini kecenderungan remaja yang mencintai atau mengidolakan artis luar. Taukah kalian? Allah telah ingatkan, ”Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah:24).



 Kurang apa hayo? Rasulullah adalah manusia pilihan yang mempunyai keindahan baik dari segi fisik maupun psikis. Selain itu banyak teladan beliau yang dapat kita contoh dalam kehidupan sehari-hari.  Contoh teladan beliau diantaranya ketika bangun tidur berdoa, bila ke kamar mandi masuk dengan kaki kiri dan keluar kanan. Coba artis mana yang punya riwayat keseharian yang indah dan terperinci seperti rasul? Kehidupan rasul diwarnai perjuangan tiada lain demi keselamatan umat sebagaimana dalam QS. At-Taubah 28: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu Alami,(dia) sangat menginginkan (keislaman dan keselamatan) bagimu, penyantun, dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” Namun ibarat  air susu dibalas air tuba, umat banyak yang melupakan keteladanan beliau musnah dimakan masa.

Sadarlah saudaraku! Hapus nama artis kafir dari relung hati. Hanya menguras waktu, fikiran, dan harta dari pada nonton film, beli aksesoris, download lagu artis luar lebih baik kita manfaatkan  untuk hal yang bermanfaaat seperti bersedekah. Sebuah hadis riwayat muslim menjelaskan bahwa setiap orang kelak hari kiamat akan bersama orang yang dicintainya. Nah bagaiman kalau yang kita idolakan kaum kafir? Hi ngeri! kalau nanti berjumpa di neraka, tapi mengidolakan rasulul jauh lebih beruntung yaitu berjumpa di surga.

Permasalahannya, apa aja bukti cinta rasul? Santai sob, secara ringkas cukup dua kunci aja:
1.      Mengikuti sunnah beliau baik dalam hal  ibadah, akhlak, dan keseharian  Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab 21: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut allah.
2.       Merindukan seperti senang menyebut nama beliau/  bersholawat. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

Wahai  generasi muda sebagai tonggak harapan bangsa wujudkan masa depan gemilang dengan mewaspadai budaya-budaya asing yang dapat menghancurkan moral bangsa. Mari kokohkan keimanan dalam hati. Posisikan cinta di hati dengan benar. Katakan tidak  pada artis luar! Katakan iya pada rasulullah! Semoga dengan ketulusan cinta mampu mengantar kita hingga berjumpa beliau dengan ridho Allah SWT di surga. Amin. (LFA)









 

Blogger news

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate by Google ( UBLO 7 )

Blogroll

About

Flag Counter