Cinta adalah hal yang sulit didefinisikan
karena cinta itu sendiri muncul disebabkan oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor tersebut adalah:
- Terlalu Belia Mengenal Cinta
Zaman yang luar biasa ini nampaknya mempercepat proses remaja
mengenal cinta. Di usia mereka yang sangat belia, mereka sudah mulai
merasakan ada perasaan lain dalam dirinya terhadap temannya yang berbeda
jenis kelamin dengan dia. Fenomena yang terjadi menunjukkan, usia
mereka yang belia tidak mampu menandingi kedahsyatan cinta. Mereka
belumlah cukup umur untuk mengelola cinta yang mereka miliki. Akhirnya
yang terjadi adalah cerita pilu tentang pacaran yang salah jalan dan
salah arah.
- Tidak Bisa Membedakan; Simpati, Naksir dan Cinta Sejati
Saat tertarik kepada seorang teman di usia belia, umumnya remaja
tidak bisa membedakan, antar ketiga hal itu. Mereka dilandan kebingungan
“Apakah saya sedang jatuh cinta beneran, atau hanya sekedar naksir dan
simpati saja?” Lelaki dan perempuan memiliki tingkat ketertarikan yang
berbeda. Lelaki biasanya tertarik pada aspek penampilan, seberapa tinggi
kejelian matanya menilai seorang gadis. Sehingga bila ia tidak
dibimbing hidayah, mungkin setiap kali ada perempuan cantik, ia akan
selalu bilang “Kamu adalah cinta sejatiku.”
- Tidak Bisa Mengukur Kadarnya
Sebagian besar para remaja merasa seperti berada di istana langit
bila sudah jatuh cinta. Sepertinya hatinya ingin meledak karena bahagia.
Bila tidak diwaspadai mereka akan dibutakan oleh cinta. Besarnya cinta
yang mereka rasakan menghilangkan akal sehatnya. Pikirannya kacau, dan
hatinya selalu gelisah. Mereka tidak bisa lagi membedakan apakah sebuah
tindakan disebut konyol ataukah tidak hanya demi menyenangkan hati
kekasihnya. Mereka juga tidak bisa lagi mengukur apakah tindakannya
sudah masuk kategori berlebihan ataukah tidak. Maka tidaklah
mengherankan bila seorang perempuan yang merelakan kegadisannya pada
kekasihnya atas nama cinta.
Wajah imut para remaja belia ini seolah mencerminkan betapa lugu dan
polosnya mereka. Cinta yang mereka rasakan seolah adalah cinta sepenuh
hati dan sepenuh cinta yang akan mereka rasakan selamanya. Padahal boleh
jadi teman yang menjadi kekasihnya hanya iseng belaka. Kekasihnya
ternyata sama sekali tidak menganggap itu sebuah hubungan cinta, hanya
main-main dan pengisi waktu luang saja. Seolah sekali dia mengenal
cinta, maka itu adalah hati yang paling tepat untuk berlabuh. Padahal
usianya baru usia anak SMP.
- Lebih Didorong Nafsu, Bukan Cinta
Hubungan cinta di usia muda seperti orang yang haus bertemu dengan
segelas air yang segar dan menyegarkan. Di saat remaja belia sedang
mulai merintis libido, datanglah orang yang dicintai. Kontan saja hal
ini bak orang yang sedang haus kemudian datang segelas air segar
kepadanya. Sehingga tidaklah berlebihan bila disimpulkan ketertarikan
antar lawan jenis saat itu lebih didasarkan pada aspek emosi sesaat dan
bukan karena cinta.
Olah karena itu seorang remaja harus dikenalkan kepada siapa ia
seharusnya menempatkan cintanya yang paling utama. Merujuk kepada
keterangan Ibnu Qayyim, tingkatan cinta seorang muslim diatur sebagai
berikut:
Menurut Ibnul Qayyim, seorang ulama di abad ke-7, terdapat enam peringkat cinta (maratibul-mahabah), yaitu:
Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi adalah
tatayyum, yang merupakan hak Allah semata.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا
لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ
الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ(165)
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal). (Al Baqarah: 165)
Allah lah yang paling utama, tak ada tandingan tak ada bandingan.
Allah yang pertama dan selalu akan menjadi yang pertama. Posisinya
tidak boleh digeser menjadi nomer dua atau bahkan tiga. Cinta kita
kepadaNya harus menjadi puncak dari segala cinta yang kita miliki.
Peringkat ke-2;
‘isyk
yang hanya merupakan hak Rasulullah saw. Cinta yang melahirkan sikap
hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya,
mencontohnya, dll, namun bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Kita
mencintai Rasulullah dengan segenap konsekwensinya. Kita akan dengan
bangga menjalankan sunnah-sunnahnya dan mengikuti petunjuknya dalam
mengamalkan agama ini. Kita juga akan mencintai kehidupannya yang luhur
dan penuh amal shalih. Kita rindu berjumpa dengannya karena kemulian
yang ada pada diri beliau. Namun kecintaan kita bukanlah menuntut sebuah
penghambaan.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(31)
“Katakanlah jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku
(Nabi saw) maka Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)
Peringkat ke-3;
syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa
mawaddah wa rahmah.
Seorang suami harus mencintai istrinya dengan sepenuh hati. Demikian
pula si istri harus memberi cintanya kepada suaminya. Cinta yang tumbuh
pada diri mereka akan menambah ketentraman hati dan ketenangan jiwa.
Hidup akan menjadi lengkap, karena saling mengerti dan memahami.
Manakala terjadi konflik atau perbedaan pendapat, akan mudah
diselesaikan karena aspek cinta mereka yang begitu besar.
Peringkat ke-4;
shababah
yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah Islamiyah. Cinta ini
menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya
sebagai sebuah hikmah yang berharga. Seperti kita ketahui bahwa saat ini
sedikit perbedaan saja seringkali menimbulkan perpecahan. Berbeda
takbiratul ihram, berbeda gerakan shalat, berbeda hari Idul Adha atau
Idul Fitri kadang tidak disikapi secara dewasa. Sehingga masalah pun
muncul dan membuat jurang pemisah yang teramat dalam antar pengikutnya.
Peringkat ke-5;
‘ithf
(simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini
melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di
dalamnya adalah berdakwah. Rasa ini seringkali muncul bila sisi
kemanusiaan kita tersentuh.
- Peringkat ke-6 adalah cinta yang paling rendah
cinta atau keinginan kepada selain manusia: harta benda. Namun keinginan ini sebatas
intifa’
(pendayagunaan/pemanfaatan). Cinta jenis ini pula yang seringkali
menggelincirkan manusia. Karena sifat harta memang selalu melenakan.
Namun bila kita cerdas, banyaknya harta benda seharusnya tidak
menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia hanya menjadi sarana untuk
meraih cinta yang sebenarnya yaitu cinta pada Allah Ta’ala.
... Hanya saja, Islam menyediakan penyaluran cinta pasangan melalui lembaga pernikahan...
sumber : http://ponpeskhmurodi.wordpress.com/2011/06/09/%E2%80%9Cya-allah-aku-jatuh-cinta%E2%80%9D-tips-mengelola-cinta/
wahhh
BalasHapus