Sebelumnya Presiden Thein Sein telah menyatakan keadaan darurat di pusat Myanmar pada Jumat dan mengerahkan pasukan ke kota terparah, Meikhtila, di mana 32 orang tewas dan 10.000 penduduk sebagian besar Muslim mengungsi. Tetapi walaupun tentara berusaha memulihkan ketertiban di kota itu setelah beberapa hari terjadi aksi anarki, di mana massa Buddha bersenjata membakar rumah-rumah kaum Muslim, kerusuhan telah menyebar ke selatan menuju kota Naypyitaw.
Seorang warga Muslim di Tatkone, sekitar 80 kilometer dari Meikhtila, mengatakan melalui telepon, sekelompok warga sekitar 20 orang merusak satu masjid berdinding bata Minggu malam, melempari dengan batu, dan menhancurkan jendela. Mereka kemudian pergi setelah tentara datang dan melepaskan tembakan.
Berbicara pada kondisi anonimitas karena alasan keamanan, ia meyakini para pelaku tidak berasal dari Tatkone.
Sehari sebelumnya, massa yang lain membakar satu masjid dan 50 rumah di kota terdekat, Yamethin, seperti dilaporkan televisi pemerintah. Masjid lainnya dan beberapa bangunan dihancurkan pada hari yang sama di Lewei, selatan Myanmar. Tidak jelas siapa berada di balik kekerasan, dan dilaporkan tidak ada bentrokan atau korban di tiga kota tersebut.
Kegelisahan atas situasi yang sama menyebar pada Senin (25/03/2013) di kota terbesar di negara itu, Rangoon, lebih dari 500 kilometer selatan Meikhtila, meskipun ternyata tidak ada kerusuhan terjadi.
Rumor yang beredar, pusat perbelanjaan ramai pengunjung, Yuzana Plaza, akan dibakar. Menyebabkan toko banyak ditutup pemiliknya. Di Mingalartaungnyunt, daerah pinggiran di timur Rangoon, rumor yang bertiup juga menyebabkan toko-toko ditutup dan polisi tiba untuk mengamankan daerah tersebut, meskipun tidak terjadi kekerasan.
Munculnya kerusuhan sektarian ini membayangi pemerintahan Thein Sein yang sedang melakukan perubahan demokrasi, setelah setengah abad dikuasai pemerintahan militer. Pemerintahan militer berakhir dua tahun lalu.
Kekerasan serupa mengguncang bagian barat negara itu, di Rakhine, tahun lalu, antara etnis Buddha Rakhine terhadap etnis Muslim Rohingya, menewaskan ratusan orang dan 100.000 orang terusir dari rumah mereka.
Etnis Rohingya dianggap sebagai migran ilegal dari Bangladesh dan tidak dapat memiliki paspor. Populasi Muslim di pusat Myanmar, sebaliknya, sebagian besar berasal dari India dan tidak menghadapi persoalan terhadap kewarganegaraannya.
Munculnya konflik sektarian di luar Rakhine, merupakan perkembangan tak menyenangkan. Mengindikasikan sentimen anti-Muslim telah meningkat secara nasional sejak tahun lalu, yang jika dibiarkan bisa semakin menyebar.
Muslim mencapai sekitar 4 persen dari sekitar 60 juta penduduk. Selama era pemerintahan militer yang otoriter telah dua kali mengusir ratusan ribu Muslim Rohingya, dengan menyebabkan bentrokan kecil terjadi di berbagai tempat.
Pemerintah mengatakan, pihak berwenang telah menahan setidaknya 35 orang yang diduga terlibat dalam pembakaran dan kekerasan di Meikhtila.
Pada hari Minggu, Vijay Nambiar, penasihat khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, mengunjungi Meikhtila, mendatangi pengungsi dan menyerukan pemerintah menghukum mereka yang bertanggung jawab.
Nambiar mengatakan, pihaknya mendorong kedua masyakat saling belajar dan bekerjasama. Para pemimpin agama juga diharapkan mendorong perdamaian.
Muslim di Meikhtila yang sekitar 30 persen dari 100.000 penduduk kota, saat ini mengalami kehancuran. Setidaknya lima masjid dibakar dari Rabu sampai Jumat, berikut rumah dan toko-toko milik Muslim.
Kerusuhan dimulai Rabu, setelah terjadi pertengkaran antara muslim pemilik toko emas dan pelanggannya etnis Buddha. Isu kemudian menyebar yang menyebutkan seorang pria Muslim telah membunuh seorang biksu Buddha. Massa Buddha kemudian mengamuk di lingkungan Muslim dan situasi lantas bergerak cepat di luar kendali.
Warga dan aktivis mengatakan, polisi tampak tidak kuasa menghentikan perusuh atau bereaksi terlalu lambat, mengakibatkan kekerasan meningkat.
Seorang pria Muslim di Meikhtila bernama Aung Thein, yang keluarganya telah melarikan diri, mengatakan, situasi masih tegang di sana.
Warga, seperti dilaporkan laman Time, masih mengancam umat Islam yang berusaha kembali ke rumah mereka yang telah hancur untuk menyelamatkan barang-barang mereka di antara puing-puing.
“Kami hanya ingin kembali ke rumah dan membangun kembali kehidupan kita,” katanya.*[Hidayatullah]
sumber : http://www.kajianislam.net/2013/03/muslim-myanmar-masih-khawatir-setelah-kerusuhan-di-tiga-kota/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar