Jum'at, 21 Jun 2013
Kesan dari Memberikan Materi tentang Aliran Sesat dalam Penataran para Da’i
Oleh: Ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Di tengah hiruk pikuk berita tentang mengamuknya aliran sesat LDII di Masjid Al-Hijri UIKA Bogor hingga mereka dilaporkan ke polisi, sedangkan MUI serta umat Islam bertekad agar kasus mengamuknya LDII di Masjid itu diproses secara hukum hingga tuntas; saya diundang untuk memberikan materi dalam penataran para da’i. Materinya adalah tentang aliran sesat.
Penataran diselenggarakan oleh yayasan di lingkungan Angkasa Pura II Cengkareng (Masjid Nurul Barkah) dengan peserta para da’i dari 5 kecamatan di sekitar Bandara Cengkareng Tengerang Banten. Tempat penataran atau diklat untuk para da’i ini di Bukit Emas, Wisma Angkasa Pura II, di Cimacan – Pacet Cianjur Jawa Barat. Di daerah yang cukup sejuk itu saya diminta untuk menyampaikan materi tentang aliran sesat dan musykilat (problema) da’wah dan da’iyah (juru da’wah), Rabu 10 Sya’ban 1434H/ 19 Juni 2013.
Aliran sesat yang perlu dibahas tentu saja cukup banyak. Sedangkan waktu hanya satu setengah jam setelah ‘ashar ditambah tanya jawab setengah jam ba’da maghrib. Kemudian materi musykilat da’wah dilaksanakan ba’da ‘isya’ sampai hampir pukul 22.00 WIB.
Menurut panitia, sejak pagi para da’i itu sudah disuguhi materi secara maraton. Bahkan sampai menjelang jam yang harus saya isi pun mereka masih ditatar. Sehingga secara kemampuan fisik, tentunya para da’i itu sudah lelah pula. Namun tampaknya mereka tetap segar dan bersemangat dengan pertolongan Allah, dan lantaran kebanyakan mereka masih muda serta semangatnya pun tampak bagus, maka acara pun berjalan lancar. Alhamdulillah.
Sebenarnya membahas aliran sesat bukanlah masalah ringan. Perlu konsentrasi. Tidak bisa hanya menggunakan sisa-sisa tenaga yang sudah lelah. Oleh karena itu, selaku pembicara mesti harus menyajikannya dengan cara “ekstra”. Ustadz Jaya yang alumni Mesir memandunya dengan cukup familiar, hingga berlangsunglah pembahasan aliran sesat dengan lancar. Alhamdulillah.
Pada intinya, mereka diberi materi yang secara sekilas tampak ringan. Dibandingkanlah antara aliran sesat Ahmadiyah, Syi’ah, LDII, dan Liberal (sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan multikulturalisme).
Barisan sesat Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII itu berlawanan secara total dengan faham sesat liberal. Yang satu pihak (Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII) adalah ekstrim ketat, siapa saja selain golongannya maka kafir. Di lain pihak, yakni liberal (sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan multikulturalisme) adalah kebalikannya, yaitu golongan bahkan agama apa saja semuanya akan masuk surga. Jadi yang satu ekstrim ketat, sedang yang lain ekstrim longgar.
Namun ternyata mereka « bersatu » dukung mendukung. Hingga kaum liberal mendukung aliran-aliran sesat (yang justru pada hakekatnya adalah lawannya itu). Kaum liberal mendukung Ahmadiyah, padahal liberal itu sendiri dikafirkan oleh Ahmadiyah. Bahkan belum lama ini gurunya dedengkot liberal Ulil yakni Fran Magnis Suseno dari Pendeta Kristen Jesuit membela aliran sesat Syi’ah dan Ahmadiyah. Itulah bukti sebagaimana dalam Islam dikenal bahwa alkufru millah waahidah (kekafiran itu adalah agama yang satu/ sama).
Secara sifat pun aliran sesat itu ketika diperbandingkan, maka kesamaannya sangat kentara. Ahmadiyah memiliki nabi (palsu) Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908). Siapa yang tidak beriman kepadanya maka kafir. Istilah nabi dalam Ahmadiyah itu kalau di Syiah namanya imam. Siapa yang tidak beriman kepada imam-imam syiah maka kafir. Demikian pula aliran sesat LDII. Istilah nabi atau fungsi dari nabi itu dipegang oleh yang mereka sebut Amir. Maka yang tidak berbaiat kepada amir LDII alias selain golongan LDII adalah kafir. (Itu sudah dibuktikan oleh mantan LDII dan FRIH-nya, di antara buktinya adalah pidato Ketua Umum LDII Abdullah Syam berisi tentang itu, menurut Adam dan FRIH. Dalam masalah kesesatan LDII ini, pihak pemimpin LDII sudah berkali-kali ditantang mubahalah, namun belum pernah terjadi. Apa itu mubahalah? Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya dijelaskan: Mubahalah (atau mula’anah, saling melaknat, pen) ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat, berdo’a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. _(Al- Quran dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/ 1986 juz 1 hal 628).)
Dari perbandingan itu, maka dapat dilihat, aliran sesat yang tiga itu pada dasarnya mereka memfungsikan pemimpinnya secara ghuluw (berlebihan) hingga diposisikan seolah sebagai nabi. Hanya saja, yang terang-terangan adalah Ahmadiyah, meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Yang lain yakni syiah, lafal “nabi” atau yang difungsikan sebagai nabi itu disebut imam, tetapi disifati maksum. Tetapi fungsinya sama, yakni untuk mengkafirkan siapa saja yang tidak mengimani imam syiah. Namun karena hanya disebut Imam, maka umat Islam tidak mudah untuk langsung mengerti bahwa itu sesat (karena tidak disebut nabi). Jadi tipuannya lebih lihai dibanding Ahmadiyah.
Demikian pula LDII yang hanya menyebut pemimpinnya Amir, padahal pemfungsiannya hampir sama dengan Ahmadiyah walau tidak mengaku mendapatkan wahyu, hanya wajib manqul (pemaknaan ayat dan hadits wajib hanya menukil) kepada Amir mereka. Maka siapa saja yang ilmunya tidak manqul kepada Amir mereka dianggap tidak sah. Ini lebih rumit lagi bagi yang awam, sehingga kurang faham bahwa itu sesat. Padahal pada hakekatnya mirip Ahmadiyah hanya lebih lihai lagi. Ujung-ujungnya sama, mengkafirkan selain jamaahnya. Hanya saja cara-caranya berbeda-beda.
Dengan cara perbandingan semacam itu, para da’I yang sudah seharian ditatar dari pagi itu ternyata tetap bersemangat sampai hampir pukul 22 malam.
Ketika malam itu pemberian meteri telah selesai, mereka pun menyalami pembicara dan para pemandu yakni Ustadz Jaya dan Ustadz Syauqi, lalu satu persatu berjalan menuju kamar masing-masing untuk istirahat. Waktu shubuh, para da’i itupun berjama’ah shubuh disertai para murid madrasah yang tampaknya mereka di gedung yang lain juga mendapatkan bimbingan dari gurunya sambil berekreasi di daerah yang sejuk itu di masa menjelang liburan sekolah.
Demikianlah sekelumit kesan dari menatar para da’i dengan materi tentang aliran sesat, di saat sedang ramainya masalah aliran sesat, di antaranya aliran sesat LDII sedang dilaporkan ke polisi karena mengamuk dan mengadakan perusakan di masjid Al-Hijri UIKA Bogor. [Ahmed Widad]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar