Kamis, 09 May 2013
JAKARTA (voa-islam.com) - Pengepungan sebuah rumah yang dilakukan Densus 88 di RT 02 RW 08 Kampung Baturengat, Desa Cigondewah Hilir, Margaasih, Bandung, Jawa Barat, pada Rabu (8/5/2013) tak ubahnya sebuah sinetron ala telenovela.
"Sepertinya
elite-elite Polri sengaja memainkan isu teroris, terutama teroris yang
disergap di Bandung kemarin, dengan cara-cara teaterikal yang dramatis
dan menegangkan ala telenovela," kata Neta S Pane dalam pesan singkatnya
seperti dikutip Okezone, Kamis (9/5/2013).
Apalagi,
lanjut Neta, sebelumnya disebut-sebut ada penyanderaan dua bocah yang
belakangan diketahui berita penyanderaan tersebut tidak terjadi.
Adegan
penyergapan seolah-olah makin menegangkan tatkala pimpinan Polri hadir
di TKP dan berteriak dengan alat megaphone memberi peringatan-peringatan
kepada orang-orang yang disebut teroris.
Penyergapan
selama enam jam ini patut menjadi tanda tanya. Setidaknya ada lima poin
yang patut menjadi pertanyaan dalam penyergapan tersebut.
Pertama,
benarkah orang-orang yang disebut sebagai teroris itu begitu kuat dan
profesional sehingga butuh waktu enam jam untuk menyergapnya.
"Padahal polisi mengatakan mereka adalah kelompok baru. Kedua,
apakah mereka lebih kuat ketimbang tokoh teroris Nordin M Top yang
penyergapannya bisa dilakukan dengan waktu yang lebih cepat," tuturnya.
Faktor ketiga, benarkah amunisi orang-orang yang disebut sebagai teroris itu begitu banyak hingga butuh waktu enam jam untuk melumpuhkannya.
"Keempat,
kenapa polisi tidak menembakkan gas air mata ke dalam rumah kontrakan
itu untuk melumpuhkan tersangka dan kenapa polisi cenderung menembakinya
dengan peluru tajam dan mengeksekusi tersangka," terangnya.
Kelima,
kenapa pimpinan Polri sampai ikut-ikutan turun tangan dan menggunakan
megaphone memperingatkan tersangka. Padahal selama ini hal itu tidak
pernah dilakukan.
"Upaya
pemberantasan terorisme patut didukung dan diapresiasi. Tapi kenapa
kasus terorisme di Indonesia seperti tidak pernah habis-habisnya? Apakah
isu terorisme sudah seperti narkoba, yang juga tak pernah
habis-habisnya dan merupakan bisnis gurih bagi para pelakunya?"
pungkasnya.
Apakah
isu terorisme ini berkaitan dengan banyaknya bantuan asing ke Polri?
Kenapa bantuan asing ke Polri, khususnya untuk penanganan terorisme
tidak pernah diaudit secara transparan.
Untuk itu IPW mengimbau DPR harus mempertanyakan keberadaan bantuan asing dalam hal penanganan terorisme ini.
"Tujuannya
agar isu-isu terorisme dan penyergapan teroris tidak diarahkan menjadi
tontonan sinetron atau telenovela," tutupnya. [Widad/okz]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar